Kamis, 21 Januari 2016

Cara Tepat Menangani Cacar Air Pada Anak

ilustrasi - cacar air
ilustrasi – cacar air
Ada dua jenis penyakit kulit yang biasa dialami anak-anak, yakni karena virus dan faktor genetis. Dokter Spesialis Anak RSI Jemur Sari Surabaya, dr Zahrah Hikmah SpA, mengatakan karena virus contohnya campak dan cacar air, sedangkan karena genetik adalah alergi.
Penyakit cacar, lanjut dr Zahrah, disebabkan Varicella Zoster Virus (VZV). Cacar air ditularkan lewat udara atau berpindahnya isi cairan. Jika masih stadium lenting-lenting isi air, orang tua harus menjaga agar lenting-lenting itu tak pecah. Pasalnya, bila tak pecah dan diberi obat yang baik, maka akan diresorbsi oleh tubuh hingga tak meninggalkan bekas.
“Jadi pakaikan baju yang longgar dan tubuh si kecil boleh diberi bedak. Namun setelah lenting-lenting tadi pecah dan terjadi lecet, pemakaian bedak harus dihentikan karena hanya akan mengotori dan memicu infeksi sekunder,” ungkapnya.
Lebih lanjut dr Zahrah menuturkan, umumnya para orang tua tak memandikan buah hatinya bila terkena cacar air, padahal dengan mandi dapat mencegah infeksi sekunder yaitu infeksi pada kulit yang sudah sakit atau rusak. Sedangkan infeksi primer terjadi pada kulit yang sebelumnya sehat atau normal.
“Salah besar kalau tidak mandi higienenya tidak baik hingga kuman gampang masuk. Salah satu tanda infeksi sekunder ialah timbulnya nanah. Biasanya pada keadaan seperti ini, saat penyembuhannya akan meninggalkan bekas yang kurang bagus,” terangnya.
Sementara itu, untuk memandikan anak yang terkena cacar air Gunakan tambahan zat antiseptic pada air mandi. Kemudian waktu mengeringkan badan, handuk jangan digosok-gosokkan ke kulit, cukup ditepuk-tepuk secara halus. Sebaiknya handuk tiap kali dipakai segera dicuci sampai anak sembuh.
Bayi atau anak yang pernah terinfeksi VZV, kata dia, akan mengalami kekebalan tapi kekebalan ini sifatnya hanya sebagian. Sehingga suatu saat dapat terinfeksi kembali.
Pada infeksi pertama, VZV menyebar melalui aliran darah dan saat penyembuhan virus akan berdiam di simpul saraf. Jika suatu saat bayi atau anak tersebut kontak lagi dengan VZV dan kebetulan kondisi tubuhnya sedang menurun, dapat terjadi infeksi Herpes Zoster (cacar ular).
“Pada keadaan ini, terjadi reaktivasi VZV dan virus akan keluar dari tempat persembunyian, lalu menyebar mengikuti persarafan kulit yang terkena. Itulah mengapa orang tua sering menyangka si kecil terkena cacar air lagi,” tukasnya.

Bagikan ini: